Postingan

Menghargai Perbedaan. (katanya)

Gambar
Gue mau cerita. Pernah, waktu itu gue mau pergi sama temen make gr*bcar. Kebetulan, gue dan temen dapet supir bapak-bapak muda yang ngajakin ngobrol hampir sepanjang perjalanan. Awalnya cuma sekedar dia aja curhat. Katanya dulu dia supir angkot lah, bla-bla lah, dia bilang dia asal Jawa yang merantau lah. Nyampe akhirnya dia mulai ngeluh satu hal. Mahasiswa asing. Fyi, di kampus gue (terutama fakultas gue) memang, ada beberapa mahasiswa asing yang juga mengenyam pendidikan disini. Tapi, meskipun ada mahasiswa asing bule putih, yang dimaksud disini lebih ke mahasiswa asing yang kulitnya lebih gelap daripada kita, orang Indonesia.  Bapak ini ngeluh-ngeluh ke gue dan temen gue tentang mahasiswa asing berkulit gelap tak bersalah ini. Mengucapkan segala hal yang bikin gue meringis mendengarnya. Kata-katanya jahat untuk diucapkan pada orang hanya karena dia berbeda dari kita. Berbedanyapun dalam hal yang bahkan tidak pernah dia minta pada Tuhan untuk dilahirkan demikian. Gue j

Itu make duit darimana? #4

Gambar
Mungkin karena agak cukup seringnya gue update di instagram lagi ngopi di suatu tempat, netijen mulai gatel mulut dan otaknya buat nanya; "Nongkrong mulu. Make duit darimana?" oke mari gue bahas. *nyeruput kopi dulu* Yap. Nggak bisa dinafikan bahwa harga kopi nggak bisa dibilang murah. Standar  harga mereka kisaran 18-35 ribu lah. Itu kalo tempat kopi biasa. Lain cerita kalo lo nongkrongnya di starbu*ks yang buat satu cup kopi doang 50+. Gue udah hitung-hitungan mengenai ini kok. Meskipun untuk saat ini gue masih belum bisa menghasilkan uang jajan tambahan (karena masih nyoba-nyoba banyak hal dan kuliah juga jangan nyampe keteteran), seenggaknya gue hidup disini jangan nyampe minta transfer sebelum jatah waktu seharusnya transfer. Dan gimana caranya biar di akhir-akhir waktu sebelum di transfer itu gue nggak menderita sekarat kelaperan gitu. Jujur, sekali ngopi perhitungan kotor gue mengeluarkan uang 30-35k. Dan gue menjatahkan untuk ngopi itu seminggu dua k

Mencoba melihat hal positif dari yang negatif #cielah

Tadinya, gue mau menuliskan banyak hal di tumblr. Tapi karena akses wifinya lagi nggak bagus-bagus amet, jadinya daripada gue batal nulis lagi padahal hasrat untuk menjadi produktif lagi tinggi, yaudah jadinya gue memutuskan untuk dituliskan disini. Lagian, gue juga bersyukur dan kalo dipikir-pikir lagi banyak banget untungnya blog gue ini sepi. Gue nggak perlu takut memikirkan berlarut-larut apakah tulisan ini akan diserang netijen atau enggak. Apakah gue akan ditangkap polisi atau enggak. Yaudah nulis ya nulis aja. Orang yang kepo sama tulisan gue juga nyatanya nggak banyak. Waktu gue masih bego (walau sekarang juga masih tapi seenggaknya kadarnya udah berkurang dikit) gue sedih mendapati tulisan gue yang bacanya sepi. Sekarang gue lebih bodo dan peduli amat anyeng ada yang baca apa kagak. Oke. Dari postingan yang kebanyakan isinya negatif semua, gue mau mencoba menuliskan sisi positif dari banyaknya sisi negatif yang ada. Dimulai dari kejadian gue overthink dan mendapatkan c

Dibaca syukur, dilewat yaudah.

Disclaimer: Ini bukan tulisan biasa. Tapi dibilang luar biasa juga biasa aja. Akan banyak ditemui rant dimana-mana. Akan banyak bersama kata-kata kasar serta ungkapan yang tidak sopan juga.  Saat ini, gue tidak lagi berani berekspektasi, membayangkan, berimajinasi, bahwa tulisan gue dibaca oleh orang. Apalagi sampai punya buku atau karya. Apalah gue yang hanya remahan kenthank. Yang kebanyakan tulisan isinya ngomel dan mengumpat doang tanpa diiringi oleh kemampuan menyampaikan makna yang dalam serta membekas pada para pembaca. Apa yang gue tuliskanpun kebanyakan hal-hal yang klise. Sebuah cerita atau mungkin pendapat yang sudah sering dipikirkan oleh banyak orang. Atau kisah menyedihkan yang padahal nggak seberapa menyedihkan juga. Hanya saja, gue nggak mengenal dan mengetahui tulisan mereka aja jadinya gue merasa kegeeran bahwa guelah yang menuliskannya pertama kali di dunia.  Ya. Bangun tidur siang ini mood gue amat sangat ancur parah.  Lagi-lagi, gue mempertanyakan kemampuan

Sendirian, berdua, dan bergerombol banyakan #3

Gue tau ini kepagian, tapi daripada gue ntar pas di ujung hari keburu mager nulis, lebih baik gue nulis sekarang meskipun yang gue tulisin adalah peristiwa lama. Entah peristiwa lama atau luka lama lebih tepatnya. Gue bingung mesti memberi judul atau tema apa pada tulisan. Jadi, yodah mari kita liat aja apa yang akan gue tuliskan selanjutnya. Sendirian. Bagi oranglain adalah suatu keadaan yang aneh. Ada yang nggak beres. Lagi kenapa-napa. Lagi ada masalah yang disembunyikan dan terpendam. Tapi, untuk gue, justru sebaliknya. Kalo lo melihat gue ada dalam suatu gerombolan atau kelompok manusia dalam frekuensi lama dan terus-terusan, gue akan mewajari dan mengiyakan tindakan yang gue lakukan itu aneh. Tapi, bukan berarti gue nggak butuh manusia sama-sekali sehingga tidak mengharuskan gue untuk bersosialisasi. Tidak.  Gue hanya lebih nyaman, lebih betah, lebih merasa aman ketika gue sendirian. Dan seringkali, perasaan itu jumlah porsinya lebih banyak daripada saat gue membutuhkan o

Menengok Sejenak #2

Nyaris sekali hari ini melewatkan komitmen diri buat nggak nulis. Tapi yah, di tengah mager banget gue mau nyoba bahas sesuatu. Terutama tentang apa yang terjadi hari ini kemudian gue kaitkan dengan peristiwa masa lalu. Hasegh. Jadi tadi pagi gue ngajar. Iya, volunteer tetap gitulah. Sebulan, gue ngajar dua kali. Di sebuah gubuk kecil di daerah lebak bulus. Disana gue ngajar ngaji. Itu yang tetep. Selebihnya ganti-gantian karena ngajarnya juga per-kelompok. Tapi nggak kebayang si gue kalo sendirian ngajarnya bakalan sehectic apa. Dikelompokkan aja udah riweuh banget, apalagi sendirian. Secara yang gue ajar itu anak-anak jalanan, yang putus sekolah lah, atau yang belum masuk SD, tapi nggak TK. Udah kebayang lah kelakuan anak-anaknya kayak apa.  Nah, disela anak-anak lain yang heboh juga, di tengah gue sedang menyampaikan materi dongeng gue mengenai si Pitung, Rais, dan Dji'ih, ada anak kecil yang selalu mukulin temennya tiapkali ada temennya yang lain pengen ada di deket gue

Try to be more productive #1

Oke gue tau ini telat, tapi gue tetep mau nyoba. Kalo dipikir-pikir, selama ini nulis ya nulis aja. Jarang banget buat bisa konsisten. Pernah sih, tapi nggak bertahan lama. Itupun cuma seminggu doang gitu kalo nggak salah, bikin puisi dan kenangan patah hati dari kisah yang gagal sebelumnya. Nah kalo tulisan random santai kayak gini, nggak pernah. Soalnya nulis kalo lagi mau doang. Jadi gimana yah, nggak mengharuskan diri gue buat konsisten nulis tiap saat. Padahal ya konsisten juga penting kan ya. Jadi, di tanggal 15 dan menuju 16 hari lagi berganti taun, gue mau nyoba buat update blog setiap hari. Apapun isinya, ya intinya kalo gue nulis, apalagi di blog, nggak akan mungkin juga kan gue nggak membahas suatu hal. Intinya, meskipun selama 15 hari kedepan ternyata gue nggak punya hal yang menarik yang harus gue bahas, gue akan tetep nulis dan nyari apa yang bakalan gue bahas biar bakalan jadi ada. Sumpah ya konsistentu sussaaaaahhhh banget. Dan ini hari pertama gue untuk kemud